Benar, Klaim Anies tentang Lebih dari 160 Ribu Orang Meninggal Bukan karena Serangan Militer, Tapi karena Virus

Dipublikasikan pada : 08 Jan 2024, Dibaca : 0 Kali

Ringkasan

Angka itu mendekati kematian warga akibat SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 di Indonesia. Akan tetapi kematian akibat virus dan perang tradisional tidak dapat dibandingkan. Hal ini karena pertahanan negara dan keamanan kesehatan memiliki variabel yang berbeda. 

Benar, Klaim Anies tentang Lebih dari 160 Ribu Orang Meninggal Bukan karena Serangan Militer, Tapi karena Virus

Anies Baswedan mengatakan dalam beberapa tahun terakhir ini, lebih dari 160 ribu orang meninggal bukan karena serangan militer, tapi karena serangan virus.

“Kita menghadapi tantangan yang tidak kecil. Dalam beberapa tahun terakhir ini lebih dari seratus enam puluh ribu orang meninggal bukan karena serangan militer, tapi karena serangan virus.” kata Anies saat debat kandidat Pemilu 2024 yang digelar KPU, Minggu, 7 Januari 2024. 

Benarkah klaim itu?

PEMERIKSAAN KLAIM

Anis tidak secara spesifik menyebutkan virus yang menjadi penyebab 160 ribu orang meninggal. Namun, sejak 2020, dunia global menghadapi pandemi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. 

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa sejak awal kemunculan hingga 31 Desember 2023, COVID-19 menyebabkan kematian 6.991.842 juta jiwa di seluruh dunia. 

Data yang disampaikan Anies Baswedan itu mendekati jumlah kematian akibat COVID-19 di Indonesia. Dilansir Kata Data, sampai tanggal 13 Agustus 2023, total kematian COVID-19  di Indonesia sebanyak 161,92 ribu orang. Data ini menempatkan angka kematian COVID-19 di Indonesia di urutan dua tertinggi di Asia.

Sumber: World Health Organization

Menurut World0Meter, data kematian COVID-19 di Indonesia hingga 8 Januari 2024 mencatat 161.954 orang dari total 6.821.940 kasus.

Sumber: data kematian dari laman World-O-meter

Virus lain yang mengancam pada tahun 2023 adalah monkeypox. Dalam Laporan Situasi Eksternal 28, diterbitkan  WHO tanggal 19 September, sejak 1 Januari 2022 hingga 11 September 2023, total kumulatif kasus monkeypox adalah  90.439 kasus yang dikonfirmasi oleh laboratorium, termasuk 157 kematian di 115 negara.

Prasetia Anugrah Pratama, peneliti Data & Democracy Research Hub Monash University-Indonesia mengatakan pernyataan Anies yang membandingkan kematian akibat virus dalam konteks keamanan (security) yang lebih luas tidak dapat dijadikan acuan.

“Membandingkan kematian akibat virus dengan arah penguatan pertahanan Indonesia dengan melakukan pembelian alutsista tidaklah tepat atau salah arah,” kata Prasetia.

Menurutnya, keamanan kesehatan atau health security memang rentan terhadap ancaman non-tradisional termasuk ancaman virus. Namun, hal itu tidak dapat disandingkan dengan ancaman militer yang bersifat ancaman tradisional karena variabel-variabel yang mempengaruhi memiliki konteks yang berbeda.

Selama tahun 2023, perang yang diakibatkan invasi Rusia atas Ukraina menyebabkan banyak korban jiwa. Dilansir Tempo.co, korban meninggal dalam invasi Rusia ke Ukraina tembus 500 ribu jiwa. Meskipun belum pasti, 70.000 warga Ukraina tewas dan sedikitnya 120.000 terluka.

Selain itu, invasi Israel ke Gaza telah menewaskan 22.185 warga Palestina dengan paling sedikit 57 ribu terluka, menurut Menteri Kesehatan yang dikutip dari Al Jazeera

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan Fakta Tim Cek Fakta Tempo, pernyataan Anies tentang lebih dari 160 ribu orang meninggal bukan karena serangan militer, tapi karena serangan virus adalah benar

Angka itu mendekati kematian warga akibat SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 di Indonesia. Akan tetapi kematian akibat virus dan perang tradisional tidak dapat dibandingkan. Hal ini karena pertahanan negara dan keamanan kesehatan memiliki variabel yang berbeda. 

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id

Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen, Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia, Cekfakta.com bersama 19 media di Indonesia