Keliru, Konten Berisi Klaim Fatalitas Vaksinasi Covid-19 di Guinea 80 Persen

Dipublikasikan pada : 06 Apr 2023, Dibaca : 0 Kali

Ringkasan

Virus Marburg pertama kali ditemukan di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan juga di Beograd, Serbia tahun 1967. Pada tanggal 29 Maret 2023, virus ini kembali muncul di Equatorial Guinea dan Tanzania. Virus ini tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19.  Vaksin Sinopharm yang digunakan di Guinea, berdasarkan data WHO memiliki kemanjuran 79 persen terhadap infeksi SARS-CoV-2. 

Keliru, Konten Berisi Klaim Fatalitas Vaksinasi Covid-19 di Guinea 80 Persen

Sebuah akun di Facebook beredar klaim fatalitas vaksinasi Covid-19 di Guinea mencapai 80 persen. Klaim tersebut dimuat dalam unggahan berjudul “Jejak digital vaksinasi Covid di Guinea Khatulistiwa sebagai tempat dimana munculnya virus Marburg yang mematikan tingkat fatalitasnya 80 persen, silakan dilihat pada screen shoot gambar !!”

Pengunggah juga menarasikan, vaksin apa yang digunakan untuk vaksinasi massal covid di Guinea? Vaksin Sinopharm dari Tiongkok. Pengunggah juga menyertakan lima tangkapan layar situs Wikipedia. 

Unggahan ini dibuat tanggal 29 Maret 2023. Sampai tulisan ini dibuat telah mendapat telah dibagikan 16 kali oleh pengguna Facebook.

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo melakukan verifikasi terhadap narasi dan video tersebut dengan menggunakan Fake News Debunker by Invid, Google Translate, riset, laporan resmi lembaga kesehatan dunia, dan pemberitaan media-media kredibel.

Klaim: Guinea sebagai tempat munculnya virus Marburg dengan fatalitas 80 persen.

Fakta: Dilansir WHO, virus Marburg dikenali pertama kali saat terjadi wabah di di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan  juga di Beograd, Serbia tahun 1967. Wabah ini dikaitkan dengan percobaan di laboratorium yang menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang dibawa dari Uganda.

Dalam catatan CDC, RNA virus Marburg kemudian ditemukan juga dalam sampel swab rektal dari kelelawar rousette Mesir di Afrika Selatan pada tahun 2017. Temuan ini menunjukan kontaminasi tinja pada habitat kelelawar potensial menginfeksi manusia. 

Kasus pertama virus Marburg di Guinea, berdasarkan laman resmi WHO terjadi pada tanggal 6 Agustus 2021. Kementerian Kesehatan Guinea melaporkan kepada WHO tentang kasus virus Marburg (MVD) di Prefektur Guéckédou, Wilayah Nzérékoré, Guinea barat daya. 

Dilansir WHO, Direktur WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam media briefing tanggal  29 Maret 2023, kembali mengkonfirmasikan wabah virus Marburg di Equatorial Guinea dan Tanzania. 

Dilansir AP, Equatorial Guinea mengkonfirmasi delapan kasus virus Marburg. Di Tanzania, terkonfirmasi delapan kasus, lima meninggal dan satu di  antara yang meninggal petugas kesehatan.

Laman resmi UN menuliskan, penyakit virus Marburg penyakit parah dari keluarga yang sama dengan Ebola. Virus Marburg berasal dari kelelawar dan menyebar di antara manusia melalui kontak dekat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, atau permukaan, seperti seprai yang terkontaminasi. 

Tanpa pengobatan yang memadai Marburg bisa berakibat fatal pada hingga 88 persen pada orang yang terinfeksi. Saat ini belum tersedia vaksin dan obat khusu untuk virus Marburg.

Klaim: Tingkat fatalitas vaksin Sinopharm mencapai 80 persen di Guinea?

Fakta: Equatorial Guinea adalah negara sebagian wilayahnya ada di benua Afrika dan lima pulau yang terletak di pantai barat Afrika. Bata, ibu kota negara ini, terletak di pulau utama atau benua Afrika. Negara ini berbatasan langsung dengan Kamerun dan Gabon.

Dilansir Reuters, pada bulan Maret 2021, Guinea menerima donasi 200.000 dosis vaksin COVID-19 Sinopharm dari China. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Guinea Ibrahima Khalil Kaba. 

Dilansir 24 France, pada tanggal 31 Desember 2021 Sinopharm menyatakan vaksinnya 79 persen efektif di wilayah Guinea. Angka ini lebih rendah dari efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna yang mencapai 95 dan 94 persen. Namun, vaksin ini membutuhkan tempat penyimpanan bersuhu sangat rendah dan ini menjadi tantangan di negara bersuhu panas ekstrim seperti Guinea. Hingga tanggal 23 Juli 2022, total 488.738 dosis vaksin telah diberikan kepada masyarakat Guinea. 

Secara keseluruhan, berdasarkan laporan WHO, Sinopharm dalam uji coba Fase 3 multi-negara besar telah menunjukkan bahwa 2 dosis, yang diberikan dengan interval 21 hari, memiliki kemanjuran 79 persen terhadap infeksi SARS-CoV-2 bergejala 14 hari atau lebih setelah dosis kedua. Kemanjuran vaksin terhadap rawat inap adalah 79 persen.  

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan unggahan dengan narasi “Vaksinasi Covid-19 di Guinea Khatulistiwa sebagai tempat dimana munculnya virus Marburg yang mematikan tingkat fatalitas nya 80 persen” adalah keliru.

Virus Marburg pertama kali ditemukan di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan juga di Beograd, Serbia tahun 1967. Pada tanggal 29 Maret 2023, virus ini kembali muncul di Equatorial Guinea dan Tanzania. Virus ini tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19. 

Vaksin Sinopharm yang digunakan di Guinea, berdasarkan data WHO memiliki kemanjuran 79 persen terhadap infeksi SARS-CoV-2. 

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id