Keliru, Video dengan Klaim Orang di Seluruh Dunia Dibohongi Covid-19

Dipublikasikan pada : 10 Aug 2023, Dibaca : 0 Kali

Ringkasan

Penelitian yang dilakukan berbagai lembaga yang kredibel, virus corona severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) nyata terjadi dan menjadi pandemi global yang mengakibatkan lebih dari 6 juta orang meninggal di seluruh dunia. Vaksin yang terus dikembangkan dari waktu ke waktu sering evolusi virus dan efektifitas vaksin menghadapi varian baru XBB.1.5 Omicron. Pengembangan tersebut telah melewati pengawasan ketat dari otoritas kesehatan dunia. Terkait Avian Influenza atau flu burung, dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, tidak memiliki kemampuan untuk menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Namun ada beberapa kasus manusia yang terinfeksi memunculkan gejala atau penyakit ringan hingga penyakit berat yang mengakibatkan kematian.

Keliru, Video dengan Klaim Orang di Seluruh Dunia Dibohongi Covid-19

Sebuah akun Facebook mengunggah video dengan klaim bahwa selama ini orang di seluruh dunia dibohongi oleh COVID-19.

Video tersebut diberi keterangan: “Selamat Bagi Yang Tidak Divaksin! Simak Pengakuan Ibu Fadilah Mantan Menteri Kesehatan”.

Dalam video Fadilah mengatakan, “Bagaimana orang dibohongi dengan COVID-19. Bagaimana sejumlah dunia bisa divaksin tanpa tahu apa yang dimasukkan ke dalamnya. Dan sekarang penelitian-penelitian menunjukkan betapa ngerinya akibat dari booster yang mereka berikan”.

Siti Fadilah Supari adalah Menteri Kesehatan 2004-2009, era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada 16 Juni 2017, ia divonis pidana 4 tahun penjara dan denda Rp 200 Juta subsider dalam tindak pidana korupsi terkait pengadaan alat kesehatan.

Artikel ini akan memeriksa tiga klaim utama dalam video itu:

  1. Benarkah orang di seluruh dunia dibohongi Covid-19?
  2. Benarkah Pfizer dengan Moderna akan membuat penyakit lagi? 
  3. Benarkah tidak ada bukti bahwa flu burung bisa menular dari manusia ke manusia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo melakukan verifikasi terhadap klaim tersebut dengan data lembaga resmi pemerintah, hasil penelitian dan pemberitaan media-media kredibel.

Sumber Video

Berdasarkan penelusuran Tempo, video tersebut merupakan cuplikan pada menit ke-1:11:47 sampai 11.12.14 dari video yang disiarkan langsung Yarsi TV pada tanggal 11 Juli 2023. Video tersebut merupakan bagian dari Diskusi dan Pertemuan Bulanan, Kepemimpinan Nasional dan Keadilan Sosial, Forum Negarawan.  

Klaim 1: “Orang seluruh di dunia dibohongi Covid-19”

Fakta: Data-data dari WHO dan Kemenkes menunjukkan bahwa COVID-19 yang disebabkan virus SARS-Cov-2 benar adanya, bukanlah kebohongan. 

Data WHO dan Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan menunjukkan sejak sejak 3 Januari 2020 hingga 2 Agustus 2023, terdapat 6.812.670 kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia. Angka kematian mencapai 161.895 jiwa. Hingga 5 Juni 2023, 447.595.845 dosis vaksin telah diberikan kepada masyarakat.

Secara global WHO mencatat, hingga 2 Agustus 2023, terdapat 768.983.095 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi. Angka kematian mencapai 6.953.743 jiwa.  WHO juga mencatat hingga 5 Agustus 2023, total 13.492.225.267 dosis vaksin telah diberikan.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan Covid-19 yang disebabkan virus SARS-Cov-2 benar adanya, bukanlah kebohongan. Dilansir Bio Medical Journal, virus corona baru COVID-19 menjadi pandemi kelima yang terdokumentasi sejak pandemi flu tahun 1918. COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, Tiongkok, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Dijelaskan juga, virus corona secara resmi dinamai severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) oleh Komite Internasional Taksonomi Virus berdasarkan analisis filogenetik. SARS-CoV-2 diyakini sebagai limpahan dari virus corona hewan dan kemudian mengadaptasi kemampuan penularan dari manusia ke manusia.

Para peneliti untuk sementara menyimpulkan bahwa kelelawar merupakan inang reservoir untuk SARS-CoV-2. Namun, apakah secara langsung berpindah ke manusia atau berpindah ke inang perantara untuk memfasilitasi penularan dari hewan ke manusia masih diteliti lebih lanjut.

Klaim 2: “Pfizer dengan Moderna mengajukan ijin pada FDA untuk membuat vaksin lagi omikron yang ada XBB. Apa artinya mereka akan membuat penyakit  lagi?”

Fakta: Pengembangan dan pembaharuan vaksin didorong oleh lembaga-lembaga resmi seperti FDA dan CDC agar dapat mengantisipasi infeksi dari varian virus COVID-19

Pfizer dan Moderna adalah perusahaan yang memproduksi vaksin COVID-19. Mereka bukanlah pemula penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2. Telah disebutkan di atas, SARS-CoV-2 diyakini sebagai limpahan dari virus corona hewan dan kemudian mengadaptasi kemampuan penularan dari manusia ke manusia.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), adalah normal bagi virus untuk berubah dan berevolusi ketika mereka menyebar di antara manusia dari waktu ke waktu. Ketika perubahan ini menjadi sangat berbeda dari virus aslinya, perubahan ini dikenal sebagai "varian". Untuk mengidentifikasi varian, para ilmuwan memetakan materi genetik virus (dikenal sebagai pengurutan) dan kemudian mencari perbedaan di antara mereka untuk melihat apakah mereka telah berubah.

Sejak virus SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, menyebar secara global, varian-variannya telah muncul dan diidentifikasi di banyak negara di seluruh dunia. XBB, merupakan galur omicron rekombinan, yang berarti mengandung materi genetik dari dua varian yang berbeda. Secara khusus, XBB adalah campuran dari dua sub galur BA.2: BA.2.10.1 dan BA.2.75.

Terkait pengajuan izin Pfizer dan Moderna untuk mengembangkan vaksin turunan varian Omicron, sebenarnya hal itu berdasarkan rekomendasi dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Pada tanggal 16 Juni 2023, FDA telah menyarankan kepada produsen yang akan memperbarui vaksin COVID-19, agar  mengembangkan vaksin dengan komposisi XBB 1.5 monovalen.

Mengapa keputusan itu dilakukan? Menurut Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit Amerika Serikat (CDC), XBB.1.5 telah menyumbang sekitar 40 persen kasus infeksi di negara itu,  diikuti oleh XBB.1.16 dan XBB.1.9.1  pada tahun 2023. Vaksin yang telah diperbaharui tersebut diharapkan dapat digunakan sebelum akhir tahun 2023 di Amerika Serikat.

Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan mengatakan, saat ini  belum ditemukan sub-varian XBB.1.5 di Indonesia. Varian yang mendominasi di Indonesia saat ini adalah XBB dan BA.5. Berdasarkan data Infeksi Emerging, hingga artikel ini ditulis belum ada kasus aktif.

Dilansir BBC, Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengatakan bulan Desember 2022, penemuan varian-varian virus corona baru di Indonesia tidak memunculkan gelombang infeksi baru.

"Omicron BA.2.75 dan BF.7 itu sudah ada di Indonesia. Tapi, baik-baik saja. Artinya, tidak terjadi lonjakan yang signifikan. Kedua, tidak menyebabkan hospitalisasi maupun kematian," ujar Syahril.

XBB.1.5, mulai beredar luas pada bulan Agustus hingga desember 2022 di beberapa negara. Varian ini merupakan keturunan dari XBB, dari dua subvarian omicron.

Dalam siaran pers tanggal 15 Juli 2021 lalu, Badan POM menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA) Comirnaty untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan dengan platform mRNA, yaitu Vaksin Comirnaty yang diproduksi oleh Pfizer and BioNTech.

“Vaksin ini digunakan dengan indikasi pencegahan COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 untuk orang berusia 12 tahun ke atas. Diberikan secara injeksi intramuskular, dosis 0,3 mL dengan 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 (tiga) minggu,” jelas Kepala Badan POM, Penny K. Lukito.

Klaim 3: “WHO mengatakan virus flu burung (Avian Influenza) human to human transmission. Saya (Siti Fadilah Supari, red) katakan tidak ada buktinya.”

Fakta: Virus flu burung biasanya tidak menginfeksi manusia, namun ada beberapa kasus manusia yang terinfeksi virus ini

Dilansir WHO, pada tanggal 27 Maret 2023, Komisi Kesehatan Nasional Republik Rakyat Tiongkok melaporkan kepada WHO tentang satu kasus infeksi virus flu burung A (H3N8) pada manusia. Kasus serupa juga terjadi pada November 2022.

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi, virus tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menyebar dengan mudah dari orang ke orang, dan oleh karena itu risiko penyebarannya di antara manusia di tingkat nasional, regional, dan internasional dianggap rendah. 

Namun, karena sifat virus influenza yang terus berkembang, WHO menekankan pentingnya pengawasan global untuk mendeteksi perubahan virologis, epidemiologis, dan klinis yang terkait dengan virus influenza yang bersirkulasi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia (atau hewan).

Prof. drh. R. Wasito, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, mengatakan kecil kemungkinan  A H3N8 menjadi sumber wabah baru layaknya seperti COVID-19. “Avian Influenza (flu burung) tidak dapat ditularkan langsung dari unggas ke manusia. Harus ada hewan perantara, terutama babi. Virus ini juga tidak dapat ditularkan dari manusia ke manusia,” kata Wasito.

Wasito mengatakan, virus tersebut bisa saja menyebabkan kematian. Namun hal itu perlu pemeriksaan dan penelitian lebih lanjut dengan menentukan hasil biotipe baru AI yang terbentuk akibat faktor sifat pergeseran genetik dari virus tersebut. “Dapat menyebabkan kematian, ditentukan hasil biotipe baru AI yang terbentuk akibat faktor sifat genetic shift atau genetic reassortment AI,” katanya.

Dilansir CDC, meskipun virus flu burung biasanya tidak menginfeksi manusia, namun ada beberapa kasus manusia yang terinfeksi virus ini. Penyakit pada manusia yang disebabkan oleh infeksi virus flu burung memiliki tingkat keparahan yang beragam, mulai dari tidak ada gejala atau penyakit ringan hingga penyakit berat yang mengakibatkan kematian.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tim Cek Fakta Tempo, video  yang berisi klaim Siti Fadilah Supari terkait COVID-19 adalah kebohongan, adalah keliru.

Penelitian yang dilakukan berbagai lembaga yang kredibel, virus corona severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) nyata terjadi dan menjadi pandemi global yang mengakibatkan lebih dari 6 juta orang meninggal di seluruh dunia.

Vaksin yang terus dikembangkan dari waktu ke waktu sering evolusi virus dan efektifitas vaksin menghadapi varian baru XBB.1.5 Omicron. Pengembangan tersebut telah melewati pengawasan ketat dari otoritas kesehatan dunia.

Terkait Avian Influenza atau flu burung, dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, tidak memiliki kemampuan untuk menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Namun ada beberapa kasus manusia yang terinfeksi memunculkan gejala atau penyakit ringan hingga penyakit berat yang mengakibatkan kematian.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id