Menyesatkan, Masyarakat Penerima Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA Diminta Cek Kesehatan Jantung dan Darah

Dipublikasikan pada : 29 Jul 2023, Dibaca : 0 Kali

Ringkasan

Memang ditemukan kasus-kasus efek samping vaksinasi tersebut pada orang-orang tertentu, namun jumlahnya sedikit dibandingkan manfaat vaksin tersebut pada masyarakat. Misalnya, berdasarkan data penelitian akademisi Unair dan Maastricht University, jumlah kasus efek samping vaksinasi Covid-19 berbasis mRNA pada jantung kurang dari 0,002 persen jumlah orang yang divaksin.

Menyesatkan, Masyarakat Penerima Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA Diminta Cek Kesehatan Jantung dan Darah

Sebuah postingan di Twitter memuat klaim agar masyarakat yang telah menerima vaksin Covid-19 dan booster yang berbasis mRNA, mengikuti beberapa macam tes kesehatan seperti cek kesehatan jantung dan darah untuk menghindari sakit yang fatal.  

Jenis cek kesehatan yang disarankan antara lain cek jantung, pembuluh darah, kadar vitamin D3 dalam darah, cek angiografi, nitric oxide, dan Digital Subtraction Angiography (DSA). Hal itu disebut lantaran pasca vaksinasi masyarakat berpotensi mengalami sakit terkait kardiovaskular, banyak formasi blood clot (darah menggumpal) dan blood plak (darah tersumbat), endotel berantakan, menjadi lebih lambat, lemas, dan sering mengantuk.

Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa klaim-klaim tersebut. Benarkah masyarakat yang sudah vaksin Covid-19 berbasis mRNA disarankan melakukan serangkaian cek kesehatan?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo memverifikasi klaim-klaim itu dengan membandingkannya pada informasi dari sumber-sumber kredibel dan mengonfirmasinya pada pakar yang relevan.  

Para peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dan Maastricht University Belanda, mempublikasikan riset mereka berjudul “Adverse cardiac events following mRNA COVID-19 vaccination: A systematic review and meta-analysis” di Journal of Pharmacy and Pharmacognocy Research volume 11, no. 1, pp. 76-100, Januari-Februari 2023. Terjemahan riset dalam bahasa Indonesia telah diunggah di laman Universitas Airlangga pada 18 April 2023. 

Riset tersebut menelaah 293 hasil penelitian terkait kasus-kasus adverse cardiac events atau efek samping vaksinasi Covid-19 yang merugikan bagi jantung. Salah satu peneliti riset ini, Eka Arum Cahyaning Putri mengatakan bahwa penelitian itu mencakup kasus-kasus setelah vaksinasi dengan vaksin mRNA yaitu Pfizer (79,03%) dan Moderna (20,97%) yang ditemukan dan dilaporkan dalam jurnal ilmiah yang terpublikasi September 2021 sampai Maret 2022.

Usia penduduk dalam studi tersebut berkisar antara 14 hingga 70 tahun  telah menerima vaksin mRNA. Subjek penelitian dibagi menjadi beberapa klasifikasi umur: 0-20 tahun (44%); 21-40 tahun (46,77%); 41-60 tahun (4,84%); dan 61-80 tahun (4,84%). 

Subyek penelitian sebagian besar berada pada rentang usia 21-40 tahun dengan median 22 tahun. Jenis kelamin subyek penelitian terbanyak adalah laki-laki (90,32%) dan perempuan (9,68%). Di antara penelitian tersebut, 25,81% dilakukan di Amerika Serikat (AS), 3,23% di Israel, dan sisanya masing-masing 1,61% di Italia, Jerman, dan Korea.

Hasil studi itu menunjukkan dua puluh satu laporan kasus/studi seri kasus dengan total 62 orang yang telah divaksinasi COVID-19 mRNA (Pfizer-BioNTech dan Moderna) dimasukkan dalam tinjauan sistematis. Sedangkan tujuh studi kohort observasional memiliki 170.053.333 orang yang telah divaksinasi, 245 di antaranya menderita miokarditis. Selain itu, dua studi kohort observasional dengan 13.948.595 orang yang telah divaksinasi, 16 orang di antaranya mengalami perikarditis. Hanya ada satu studi kohort observasional yang memiliki total 7.183.889 orang yang telah divaksinasi dan 11 di antaranya mengalami mioperikarditis. Berdasarkan kejadian yang dikumpulkan, hasilnya adalah <0,002%.

Kesimpulannya, vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna memiliki insiden miokarditis yang rendah. Laki-laki lebih mungkin mengembangkan miokarditis pasca-COVID-19 dengan usia rata-rata 22 tahun dan dalam rentang usia 21-40 tahun. Jenis vaksin mRNA Covid-19 yang paling banyak menyebabkan miokarditis adalah Pfizer. Diagnosis miokarditis sebagian besar ditegakkan dengan pemeriksaan troponin. Vaksinasi mRNA COVID-19 memiliki angka kejadian miokarditis yang rendah.

Miokarditis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada otot jantung atau miokardium. Mioperikarditis adalah peradangan pada dinding otot jantung dan juga perikardium yang menyelimutinya. Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner. 

Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung dengan gejala nyeri dada, perut, punggung, atau lambung yang tidak khas. Sedangkan perikarditis adalah peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus jantung (perikardium). Pada keadaan sehat, perikardium berfungsi untuk menjaga jantung agar tidak berpindah posisi, melindungi jantung dari gesekan, dan melindungi jantung dari penyebaran infeksi jaringan lain.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan kepada Tempo, sebelum vaksin Covid-19 ditemukan pada Juni 2020, beberapa riset telah menemukan kaitan yang sangat signifikan antara infeksi Covid 19 dengan penggumpalan darah, stroke dan infeksi miokarditis. Risetnya dilakukan oleh kelompok dokter ahli jantung di Amerika Serikat.

Menurut Dicky, kasus-kasus miokarditis yang kemudian ditemukan pada orang-orang yang telah divaksin, tidak bisa langsung disimpulkan bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan miokarditis. 

“Logika lain bahwa vaksin Covid-19 memiliki keterbatasan, tidak bisa mencegah sepenuhnya dari infeksi Covid-19. Sehingga, ketika seseorang terinfeksi Covid 19 disadari atau tidak, karena gejalanya bisa sangat ringan, lalu kemudian divonis menderita miokarditis, maka tidak bisa langsung dikaitkan dengan vaksin,” kata Dicky melalui pesan suara, 26 Juni 2023.

Pedoman penanganan setelah vaksinasi Covid-19 di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, yang disusun para ahli dan dokter spesialis, tidak berisi imbauan agar warga yang telah mendapatkan vaksin memeriksakan kondisi jantung dan darahnya. Jumlah kasus efek samping vaksinasi yang berkaitan dengan jantung dan darah tergolong rendah, sementara manfaatnya membentuk kekebalan tubuh jauh lebih besar. 

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan belum ada saran atau rekomendasi dari para ahli kesehatan yang masuk ke lembaganya, agar masyarakat yang telah vaksin melakukan pemeriksaan DSA terkait lemas yang dirasakan.

Dia juga mengatakan memang ditemukan efek samping vaksinasi Covid-19 berbasis mRNA dari keterangan di sejumlah jurnal ilmiah terpercaya. Namun jumlahnya rendah dibandingkan manfaat yang diperoleh dengan vaksinasi.

“Tidak ada informasi seperti ini (saran cek jantung dan darah setelah vaksinasi Covid-19 berbasis mRNA). Juga di pedoman kita yang disusun bersama para ahli dan spesialis tidak ada anjuran tersebut,” kata Nadia pada Tempo melalui aplikasi perpesanan, Senin, 24 Juli 2023.

Halaman daring Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) yang diperbarui 13 Juli 2023, menyatakan dalam pemantauan secara terus-menerus diketahui manfaat vaksin Covid-19 secara konsisten lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan.

Kasus efek samping setelah vaksinasi, termasuk yang berbasis mRNA, yang telah ditemukan berupa peradangan otot jantung atau miokarditis, juga peradangan pada lapisan di luar jantung atau perikarditis. Namun orang yang merasakan efek samping ini dilaporkan segera membaik setelah beristirahat.

Data kematian setelah vaksinasi memang dikumpulkan, namun tanpa identifikasi penyebab kematiannya. Sementara ilmuwan CDC menyimpulkan bahwa penerima vaksin Covid-19 memiliki potensi lebih kecil untuk meninggal dunia karena Covid-19 dan komplikasinya, daripada tidak vaksin.

Demikian juga, orang yang sudah vaksin Covid-19, tidak memiliki risiko kematian lebih besar karena serangan berbagai penyakit, dibandingkan ketika dia tidak mengikuti vaksinasi. Hal itu juga untuk jenis vaksin berbasis mRNA.

KESIMPULAN

Berdasarkan verifikasi Tempo, bisa disimpulkan bahwa saran agar masyarakat yang telah menerima vaksin Covid-19 berbasis mRNA, melakukan sejumlah cek kesehatan yang berkaitan dengan kondisi jantung dan darah adalah klaim yang menyesatkan.

Memang ditemukan kasus-kasus efek samping vaksinasi tersebut pada orang-orang tertentu, namun jumlahnya sedikit dibandingkan manfaat vaksin tersebut pada masyarakat. Misalnya, berdasarkan data penelitian akademisi Unair dan Maastricht University, jumlah kasus efek samping vaksinasi Covid-19 berbasis mRNA pada jantung kurang dari 0,002 persen jumlah orang yang divaksin.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id