Menyesatkan, Vaksin COVID-19 Buruk Bagi Kesuburan Pria dan Tingkatkan Risiko Keguguran

Dipublikasikan pada : 30 Mar 2023, Dibaca : 0 Kali

Ringkasan

Berdasarkan penelitian, tidak ada penurunan kualitas sperma secara signifikan pada orang yang telah menerima dua kali  suntikan vaksin Covid-19 mRNA. Begitu juga, tidak ditemukan korelasi antara peningkatan risiko kehamilan buruk, spontaneous abortion (SAB) atau keguguran lainnya setelah menerima vaksinasi COVID-19.

Menyesatkan, Vaksin COVID-19 Buruk Bagi Kesuburan Pria dan Tingkatkan Risiko Keguguran

Sebuah akun Facebook mengunggah sebuah video yang diberi judul “Vaksin Covid-19 berpengaruh ke sperma dan sel telur”.

Video ini diberi keterangan “Apa yang terjadi di sini? Sperma pria yang di covid vaksin tidak berenang/lemah, sel telur wanita Bisa tidak tumbuh menjadi embrio. Kami sudah melihat 80% tingkat keguguran wanita yang di covid vaksin pada trimester pertama Keguguran naik 700-800% dan 79% peningkatan malformasi janin.”

Video ini menampilkan seseorang bernama Christiane Northrup yang sedang berbicara dalam pertemuan online

PEMERIKSAAN FAKTA

Sejumlah penelitian menunjukkan vaksin COVID-19  tidak merusak sperma. Pasangan yang ingin hamil direkomendasikan melakukan vaksinasi, karena vaksinasi tidak mempengaruhi sperma dan infeksi SARS-CoV-2 tidak merusak sperma.

Video di atas merupakan potongan video pertemuan online yang diselenggarakan oleh organisasi nirlaba bernama Children's Health Defense. Potongan video ini merupakan bagian dari acara CHD Friday Roundtable yang diselenggarakan pada tanggal 10 Juli 2022 dengan tema Infertility: A Diabolical Agenda Expert Q+A. Diskusi ini menghadirkan 6 pembicara, satu di antaranya Christiane Northrup.

Video tersebut bersumber dari laman Children's Health Defense. Christiane Northrup menjadi dokter kandungan selama 20 tahun. Ia juga menjadi asisten profesor Klinik Obstetri dan Ginekologi di Maine Medical Center, yang menulis beberapa buku laris dan pembicara di televisi.

Christiane Northrup dalam acara itu mengklaim sperma laki-laki yang diinokulasi tidak dapat berenang menuju sel telur. Sel telur wanita yang diinokulasi tidak dapat tumbuh menjadi embrio karena terkontaminasi sesuatu yang non organik. Ia juga mengklaim pada bulan Juli 2021, 80% wanita yang mendapatkan suntikan vaksin pertama dan kedua pada masa kehamilan 0 hingga 20 minggu memiliki tingkat keguguran 80%.

Akan tetapi menurut Press Herald, Christiane juga disebut sebagai dokter disinformasi, karena mempromosikan teori konspirasi ekstrem tentang pandemi COVID-19, masker, dan vaksin. The Washington Post, dalam artikel yang ditulis Sam Kestenbaum mengatakan bahwa Christiane Northrup pernah menjadi guru kesehatan terkemuka, namun sekarang ia menyebarkan disinformasi Covid. Ia juga dikenal mendukung gerakan anti vaksin.

Klaim 1: Vaksin Covid-19 pertama dan kedua berdampak buruk bagi kesehatan sperma 

Fakta: Dilansir jurnal berjudul “Sperm Parameters Before and After COVID-19 mRNA Vaccination” disebutkan tidak ada penurunan kualitas sperma secara signifikan pada orang yang telah menerima dua kali suntikan vaksin COVID-19 mRNA. 

Penelitian yang dilaksanakan University of Miami ini melibatkan 45 orang pria sehat berusia rata-rata 28 tahun. Namun para peneliti mengakui keterbatasan karena hanya melibatkan sampel pria muda dalam kondisi sehat.

Dalam jurnal penelitian yang dirilis Vitro Fertilization Unit, Hadassah Medical Organization and Faculty of Medicine, Hebrew University Jerusalem, juga menunjukkan vaksin COVID-19 tidak merusak parameter sperma. Mereka merekomendasikan agar pasangan yang ingin hamil harus melakukan vaksinasi, karena vaksinasi tidak mempengaruhi sperma dan infeksi SARS-CoV-2 tidak merusak sperma.

Dilansir laman American Society for Reproductive Medicine, mengatakan bahwa vaksin COVID-19 diperbolehkan untuk pria yang menginginkan kesuburan sejauh ia memenuhi kriteria vaksinasi. Disebutkan juga, pria yang menginginkan kesuburan boleh menerima vaksin COVID-19 sejauh ia memenuhi kriteria.

Klaim 2: Wanita yang menerima vaksin Covid-19 pada usia kehamilan 0-20 minggu, 80% mengalami keguguran.

Fakta: Dilansir Research Square, berdasarkan penelitian yang melibatkan 2457 wanita dengan usia kehamilan 6-12 minggu yang menerima vaksin COVID-19 mRNA tidak ditemukan keterkaitannya dengan resiko spontaneous abortion (SAB) atau keguguran. Temuan ini membuktikan bahwa wanita hamil aman untuk menerima vaksinasi Covid-19.

Dilansir laman American College of Obstetricians and Gynecologists, mereka merekomendasikan agar semua orang berusia 6 bulan ke atas yang memenuhi syarat, termasuk individu hamil dan menyusui dapat menerima vaksin COVID-19 atau seri vaksin.

Viki Male, Dosen Senior Imunologi Reproduksi di Imperial College London mengatakan berdasarkan 27 studi yang dilakukan, tidak ditemukan peningkatan risiko kehamilan buruk setelah vaksinasi COVID-19. Termasuk kelahiran prematur, lahir mati atau bayi yang lahir lebih kecil dari diharapkan, atau dengan kelainan bawaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tim Cek Fakta Tempo, “Vaksin Covid-19 berpengaruh ke sperma dan sel telur” adalah menyesatkan.

Berdasarkan penelitian, tidak ada penurunan kualitas sperma secara signifikan pada orang yang telah menerima dua kali  suntikan vaksin Covid-19 mRNA. Begitu juga, tidak ditemukan korelasi antara peningkatan risiko kehamilan buruk, spontaneous abortion (SAB) atau keguguran lainnya setelah menerima vaksinasi COVID-19.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id